Kota Metro berhasil meraih dua penghargaan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI) pada acara STBM award dengan tema Percepatan ODF (Bebas Buang Air Besar Sembarangan). Dua kategori penghargaan yang diraih adalah STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) Berkelanjutan dan STBM Berkelanjutan Kategori Supply.
Pemberian penghargaan pada 15 Oktober melalui zoom meeting langsung dari Jakarta. Pada kesempatan pengumuman penghargaan, Walikota Metro Wahdi, mengucapkan terima kasih kepada Kemenkes RI, ucapan terima kasihnya juga kepada seluruh elemen masyarakat Metro yang menjadi garda terdepan terhadap terciptanya STBM yang berkelanjutan dan masyarakat yang sadar akan pentingnya sanitasi sehat dan tidak buang air besar sembarangan.
Sebelumnya pada 14 Oktober Walikota Metro juga menjadi narasumber dalam Lokakarya Percepatan ODF (Open Defecation) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) oleh Direktorat Kesehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Indonesia. Acara yang dilakukan secara daring melalui zoom meeting ini diikuti oleh Direktur Kesling Kemenkes RI, Walikota Metro dan kepala-kepala daerah se-Indonesia, pada Kamis 14 Oktober 2021.
Dalam presentasinya, Wahdi menyampaikan, bahwa setiap kota, kota urban dalam hal ini punya masalah terkait sanitasi. Tetapi menurut Wahdi, Kota Metro genetiknya hebat, bagaimana pola pikir, kesadaran tentang kesehatan cukup baik.
“Memang membangun itu butuh waktu, butuh kesabaran, saya kira problematiknya setiap kota setiap daerah tentu sama saja, saya kira adalah kesadaran, pengetahuannya dulu, jadi sentuhannya dulu, kalau sudah tahu, sudah punya nilai manfaat tentu dikejar untuk dilaksanakan,” ujar Wahdi.
Untuk melaksanakan STBM 5 Pilar di Kota Metro sendiri dengan pola kolaborasi, mulai dari tingkat RT, kemudian sinergi antara pihak swasta melalui forum CSR. Pemerintah Kota Metro juga sudah memiliki Perwali untuk mendukung program STBS.
Tantangan dalam melaksanakan 5 pilar STBS diungkapkan oleh Walikota Metro pada awal-awal program STBS, yang menjadi tantangan antara lain yaitu, karena kawasan urban dan peri urban tentunya menjadi kawasan yang kompleks sanitasinya, kemudian BABS masih dalam posisi 11% di kawasan penduduk, kesadaran PHBS rendah, dan masih seolah menjadi tupoksi Dinas Kesehatan saja.
Kendala-kendala itu seiring berjalannya waktu dapat diselesaikan, sejak program STBS tahun 2012, Kota Metro mulai berbenah dalam segi STBS.
Menurut Wahdi, dari survei EHRA 2013 pada awal program, sebagai Baseline Program STBM Kota Metro peningkatan pilar sebagai berikut: 1. Pilar ODF (Stop buang air besar sembarangan) sudah di angka 89.1% (sharing 5.2%). 2. Pilar CTPS (Cuci tangan pakai sabun sudah di angka 24.0%, 3. Pilar PAM RT (Pengelolaan makanan dan minuman rumah tangga)62.1%, 4. Pilar PS RT (Pengelolaan sampah rumah tangga) 18.5 %. 5. Pilar PLC RT (Pengelolaan limbah cair rumah tangga) 76.6%.
“Kebijakannya kita lakukan, Kebijakan Pembangunan Sanitasi, Inovasi Program Jama PAI, alokasi anggaran sanitasi, SK Walikota tentang Pokja sanitasi dan Garda sanitasi, dukungan masyarakat, PKK, Dasawisma, Karang Taruna, tokoh masyarakat dan tokoh agama,” kata Wahdi.
Menurut Wahdi, pasca Program STBM juga dilakukan inovasi, mulai dari pengelolaan limbah tinja, adanya pengelolaan sampah, adanya Bank Sampah, peningkatan kapasitas masyarakat, peternakan ulat maggot dan lele dan masih banyak lagi. “Tentunya kata kuncinya adalah pemberdayaan,” ujar Walikota Metro. (Rd)