Menanggapi inflasi hampir di seluruh kota di Indonesia, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengajak seluruh elemen
Hal itu dituangkan dalam Rapat Pengendalian Inflasi Tingkat Nasional yang diikuti oleh seluruh perangkat daerah se-Indonesia melalui video conference, berlangsung di OR Setda Kota Metro, Rabu (08/02/2023).
Kota yang mengalami inflasi paling tinggi yaitu Kotabaru sebesar 7,78 persen, kemudian disusul Kota Kotamobagu 7,42 persen, Kota Bandung 7,37 persen, Kota Bukittinggi 7,17 persen, Kota Kupang 7,08 persen, Manokwari 6,08 persen dan yang terendah yaitu Kota Sorong sebesar 3,23 persen.
Menteri Tito Karnavian memaparkan per 1 Februari 2023 turun dari yang sebelumnya pada bulan Desember 2022 sebesar 5,51 persen menjadi 5,28 persen dan ada 5 macam yang mempengaruhi kenaikan inflasi tersebut.
“Inflasi tahun 2023 relatif lebih rendah dibandingkan di tahun sebelumnya,dan penyumbang inflasi selain dari bahan pangan yaitu bensin sebesar 1,07 persen kemudian disusul bahan bakar rumah tangga seperti gas,listrik dan minyak tanah sebesar 0,24 persen,beras 0,24 persen,tarif angkutan udara sebesar 0,19 persen dan rokok kretek filter sebesar 0,17 persen,” katanya.
Tito juga menyampaikan kepada seluruh perangkat pusat maupun daerah dapat mengatasi dampak inflasi tesebut. “Saya ingin Bupati, Wali kota, Gubernur betul-betul mau bekerja sama dengan tim TPID di daerah dan TPIP. Tanyakan di daerah kita apa yang harganya naik yang menyebabkan inflasi,” minta Tito.
Adapun kondisi pangan yang mengalami kenaikan harga yaitu komoditas minyak goreng Minyakita yang mengalami kenaikan harga 7,80 persen dari bulan lalu seharga Rp 14.000/liter, harga rata-rata nasional minyak goreng curah saat ini yaitu Rp15.200/liter, kenaikan harga minyak goreng ini disebabkan karena terlambatnya pendistribusian dan banyaknya permintaan. Untuk stok cabai sebanyak 629,16 ribu ton dengan kebutuhan masyarakat sebanyak 422 ribu ton/bulan dan ini bertahan selama 1,5 bulan.
Sementara itu, kondisi pangan yang juga mengalami kenaikan harga yaitu bawang merah yang mengalami kenaikan harga sebesar 10,58 persen dari bulan lalu seharga Rp 37.800/kg, dan harga rata-rata saat ini yaitu Rp 41.800/kg, hal ini disebabkan karena cuaca yang ekstrem, dan untuk beras telah diimpor dari negara Vietnam agar dapat menstabilkan harga di pasaran dan ini harus dalam pengawasan ketat karena dikhawatirkan adanya oknum yang mengoplos beras tersebut dengan stok yang lama tetapi dijual dengan harga premium yaitu sekitar Rp 15.000/kg.
Kepala BPS Pusat Margo Yuwono menjelaskan bahwa dampak dari inflasi tersebut akan mengurangi daya beli masyarakat jika tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan pada tingkat yang sama.
“Inflasi juga dapat mendistorsi masyarakat yang menggunakan jasa keuangan dengan suku bunga tetap dan jika inflasi itu tinggi maka akan menjadi malapetaka seperti negara Zimbabwe,” ucapnya.
Untuk tingkat inflasi di Lampung per Januari 2023 sebesar 5,95 persen,ini adalah inflasi gabungan dari 2 kota yaitu Bandar lampung dan 5,99 persen dan Kota Metro 5,60 persen,kemudian untuk inflasi bulanan kita mengalami sebesar 0,82 persen.
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi meminta kepada kota yang mengalami inflasi untuk mencari solusi dari dampak tersebut serta berkoordinasi dengan stake holder terkait stabilisasi harga pangan.
“Menjelang bulan puasa hingga lebaran Idul fitri,kita harus merealisasi cadangan pangan pemerintah dalam rangka stabilisasi harga pangan,mendorong para pelaku usaha untuk berkomitmen menjaga pasokan dan harga pangan di tingkat yang wajar dan selalu memantau harga pangan di tingkat pasar yang dipantau,” pungkasnya. (tm/ry)