Dewan Kesenian Metro kembali menyelenggarakan kegiatan tahunan Begawi Budaya 2025, sebuah agenda budaya yang menjadi ruang bertemunya para pelaku seni, komunitas kreatif, dan masyarakat umum dalam satu panggung apresiasi seni (15/11/2025).
Acara ini berlangsung di Gedung Nuwo Budayo Kota Metro, sejak Sabtu sore telah dipersiapkan oleh panitia seperti melakukan pemeriksaan lokasi, tata panggung, serta kesiapan teknis lainnya seperti sistem cahaya, tata suara, alur penampilan, dan posisi duduk tamu undangan.
Meskipun hujan belum reda para tamu tetap berdatangan, merespon hajat tahunan yang di tunggu-tunggu. Peserta yang hadir berasal dari berbagai unsur seperti perwakilan sanggar seni di Metro, komunitas kreatif, akademisi, mahasiswa, serta sejumlah tokoh seni dan budaya.
Acara begawi budaya dewan kesenian Kota Metro dibuka secara resmi oleh Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kota Metro Deddy Hasmara.

Solihin Utjok Ketua Dewan Kesenian Metro, menjelaskan pentingnya kegiatan ini sebagai ruang berkumpul dan belajar antar pelaku seni. Selain itu juga, Begawi Budaya Dewan Kesenian Metro tahun 2025 ini merupakan bentuk apresiasi bersama bagi semua insan seni dan budaya di kota Metro.
“Meskipun diguyur hujan sejak sore, ditengah badai keterbatasan efisiensi anggaran tetapi semuanya masih mau mengerjakan, pelaku seni pertunjukan, fotografer, pelukis, penari, penyair masih mau peduli dengan acara ini. Hal ini bukan soal materi yang dihasilkan setelah acara, tapi lebih dari itu, seni dapat menjadi nilai tersendiri bagi pelakunya, dan tugas kita membina dan memperjuangkanya di Dewan Kesenian Metro,” ucap Solihin.
Deddy Hasmara, S.STP., M.Si selaku Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Metro, mewakili Walikota Metro membuka kegiatan dengan menyampaikan apresiasi serta dukungan positif pemerintah daerah terhadap ruang ekspresi seni seperti acara begawi budaya malam ini.
“Hadirin yang saya banggakan kegiatan Begawi Budaya merupakan ruang penting bagi kita untuk merawat, memperkuat, sekaligus mengekspresikan identitas budaya yang menjadi kebanggaan masyarakat Kota Metro. Dalam era modern yang penuh tantangan ini, menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya lokal adalah bagian dari upaya menjaga jati diri bangsa sekaligus memperkuat karakter generasi muda,” kata Deddy.

Dalam hal ini, Deddy juga mengatakan bahwa, Pemerintah Kota Metro menempatkan pembangunan kebudayaan sebagai salah satu pilar penting pembangunan daerah.
Hal ini didasari oleh keyakinan bahwa budaya bukan hanya identitas, tetapi juga sumber inspirasi, kekuatan sosial, bahkan menjadi daya dorong pembangunan ekonomi kreatif dan pariwisata, selaras dengan Visi Kota Metro menjadi Kota Cerdas Berbasis Jasa dan Budaya yang Religius.
“Maka dengan itu, kami mendukung kerja kerja Dewan Kesenian Metro melalui pemanfaatan fasilitas publik di Gedung Nuwo Budayo ini sebagai pusat oleh kesenian kedepanya,” tuturnya.
Selesai pembukaan panggung Begawi Budaya turut menampilkan pementasan tari, pantomime, musikalisasi puisi, teater Monolog, sastra, musik, hingga seni mural.

Penampilan pertama dibawakan oleh Sanggar Pesona Budaya berkolaborasi dengan Sanggar Seni Mudho Manggolo Sakti Reyog Ponorogo, menampilkan Tari Kiprah Klono Sewandono. Pertunjukan ini membuka suasana malam dengan energi tari tradisi yang kuat dan ritmis yang dimainkan oleh 2 orang penampil.
Selanjutnya, giliran Sanggar Srikandi yang membawakan Tari Jaipongan yang berjudul Daun Pulus Keser Bojong, sebuah tarian yang dekat dengan budaya masyarakat Sunda.
Penampilan ketiga menghadirkan kolaborasi unik antara Metro Street Mime dan Sanggar Kaliptra yang menyajikan pantomim berjudul “Sssts Jangan Berisik”. Pertunjukan ini menjadi salah satu bagian yang menarik perhatian karena pilihan ekspresi nonverbal yang jarang tampil di panggung-panggung umum.
Setelah itu, Sanggar Seni Budaya Kakasi / UKM IMPAS UIN Jurai Siwo Metro naik ke panggung membawakan pembacaan puisi karya Amin Budi Utomo serta Musikalisasi Puisi.
Rangkaian penampilan berlanjut dengan Lamban Budaya Nuswantara dan Gpd Entertainment yang menampilkan Etnik Modern Dance, sebuah bentuk tari perpaduan unsur tradisional dan modern.
Setelah itu, Komunitas Cakau / Sangsaka menghadirkan Paduan Puisi pembacaan sastra, yaitu “Makna Sebuah Titipan” dan “Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia” karya WS Rendra. Pembacaan karya sastra tersebut memberikan jeda suasana, menghadirkan refleksi sosial-politik yang kuat di tengah ragam penampilan lain yang dibacakan oleh Ari Siswanto dan Andika Septian.

Menjelang akhir acara, Sanggar Mitra Satata / Sketsa Lampung tampil dengan konsep seni rupa panggung berupa mural bertema “Harmoni Dalam Rupa”. Sajian visual ini memberi nuansa berbeda, karena tidak hanya menampilkan hasil karya, tetapi juga proses penciptaannya yang sudah dimulai sejak sore hari, menhadirkan perupa Muhammad Iqbal Saputra, Anggi Sidiq, dan Rian Art.
Berikutnya, Forum Teater Metro dan Teater Malam membawakan monolog, memperkuat unsur teater dalam susunan acara mereka membawakan naskah tentrem lestari yang berjudul “Balada Sumarah” dan di sutradarai oleh Abdul Hakim Duma Harahab, dan actor dari Siswa SMK N 3 Metro. Penutup pertunjukan diisi dengan dua kelompok musik: Komunitas Ruang Pojok Feat BIPI dan KMKM Feat One Click, masing-masing membawakan showcase band sampai menjelang pukul 23.00 WIB.
Seluruh rangkaian kegiatan ditutup secara bersama oleh panitia dan peserta. Pelaksanaan Begawi Budaya 2025 ini menjadi wadah pertemuan seni yang beragam, menghadirkan kesempatan kolaborasi, serta memperlihatkan bagaimana komunitas seni di Kota Metro terus tumbuh melalui ruang ruang ekspresi yang terbuka. (Md/Sr)


